Di pasar keuangan, pivot point adalah tingkat harga yang digunakan oleh pedagang sebagai indikator pergerakan pasar yang memungkinkan. Pivot point dihitung sebagai rata-rata harga signifikan (tinggi, rendah, tutup) dari kinerja pasar pada periode perdagangan sebelumnya. Jika pasar pada periode berikutnya diperdagangkan di atas titik pivot biasanya dinilai sebagai sentimen bullish, sedangkan perdagangan di bawah titik pivot dianggap bearish.
Seperti kita ketahui bersama, support & resistance adalah level di mana harga akan memantul kembali ke arah sebelumnya. Secara tampilan, pivot point mirip dengan fibonacci, karena memiliki sejumlah level support & resistance. Bedanya, level pivot sifatnya lebih objektif.
Support & resistance, trend lines, hingga fibonacci sifatnya sangatlah subjektif karena tiap trader punya argumen masing-masing tentang peletakan indikator-indikator tersebut. Seperti misalnya pada fibonacci, tiap trader memiliki perbedaan pendapat mengenai di mana sebaiknya titik swing high dan swing low ditempatkan.
Namun, tidak demikian halnya dengan level pivot. Indikator ini sangatlah objektif karena cara mengukurnya memiliki standar pengukuran yang sama. Tiap trader yang menggunakan level pivot menggunakan rumus yang sama untuk menentukan level pivot.
Pivot Point Dalam Trading Forex
Pivot Point pada mulanya digunakan oleh para trader saham dan futures, tetapi sekarang sudah lazim digunakan dalam trading forex, terutama untuk jangka pendek. Yang sering digunakan adalah Pivot Point Harian, yaitu Pivot Point yang dihitung berdasarkan harga penutupan hari sebelumnya. Trader biasanya menggunakan harga penutupan pasar New York sebagai patokan yaitu jam 4:00 p.m EST atau sekitar jam 4:00 pagi WIB.
Berikut ini contoh penampakan pivot point saat trading.
Mirip sekali bukan dengan fibonacci? Nah, buat Anda yang bingung apa kepanjangan dari PP, S1, R1 dan seterusnya, berikut penjelasannya:
PP = Pivot Points
R = Resistance
S = Support
Cara Menghitung Pivot Point
Cara paling umum untuk menghitung pivot point adalah dengan menggunakan harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, serta harga penutupan dari sesi trading sebelumnya. Jika bingung dalam menentukan sesi trading manakah yang harus dijadikan patokan, Anda bisa menggunakan sesi trading yang paling banyak digunakan trader dari seluruh dunia, yakni sesi trading Amerika.
Cara klasik yang sering digunakan dalam menghitung pivot point, adalah dengan memperhatikan rumus pivot point berikut:
Pivot points (PP) = (harga tertinggi + harga terendah + harga penutupan) / 3
Resistance pertama (R1) = (2 x PP) – harga terendah
Support pertama (S1) = (2 x PP) – harga tertinggi
Resistance kedua (R2) = PP + (harga tertinggi – harga terendah)
Support kedua (S2) = PP – (harga tertinggi – harga terendah)
Resistance ketiga (R3) = harga tertinggi + 2 (PP – harga terendah)
Support ketiga (S3) = harga terendah – 2 (harga tertinggi – PP)
Jika menggunakan perhitungan di atas untuk mencari level pivot, Anda bisa menggambar garis horizontal di layar MT4 setelah mendapatkan nilai dari masing-masing support/resistance/level pivot. Saat ini juga sudah banyak tersedia indikator pivot point mt4 yang bisa dipasang di metatrader 4. Selain itu, juga bisa menambahkan indikator range harian. Jadi trader tidak harus menghitung secara manual lagi.
Strategi Trading Menggunakan Pivot Point
Strategi trading menggunakan level pivot kurang lebih sama seperti support & resistance. Saat harga berkali-kali bergerak ke arah sebuah level support atau resistance lalu memantul kembali, maka makin kuatlah level support atau resistance tersebut.
Untuk mempelajari support & resistance bisa baca disini.
Pun sama halnya dengan level pivot. Bila Anda melihat sebuah level pivot yang cukup kuat, ini adalah kesempatan yang baik bagi Anda untuk menyusun strategi trading. Ada dua kondisi pasar yang mana level pivot bisa digunakan, yakni kondisi pasar ranging dan kondisi pasar breakout. Mari kita bahas 2 hal tersebut.
1. Level Pivot Di kondisi Pasar Ranging
Inti dari trading menggunakan pivot point ini kurang lebih seperti ini:
Jika harga mendekati salah satu level resistance (R1, R2, R3), Anda bisa pasang posisi sell dan menempatkan stop loss sedikit di atas level resistance.
Jika harga mendekati salah satu level support (S1, S2, S3), Anda bisa pasang posisi buy dan tempatkan stop loss sedikit di bawah level support.
Semudah itu kok menggunakan pivot point di kondisi pasar yang sedang ranging. Ada juga trader yang menggunakan analisa Japanese candlestick ketika harga menyentuh salah satu level support/resistance untuk mendapatkan konfirmasi apakah trend akan terus berjalan atau bahkan terjadi reversal.
2. Level Pivot di Kondisi Pasar Trending
seperti support & resistance standar, tidak selamanya harga terus bergerak naik dan turun di level-level level pivot yang sama. Sering kita temukan harga terus merangsek naik atau pun turun setelah bersinggungan dengan salah satu level. Inilah yang dinamakan dengan breakout.
Salah satu keuntungan level pivot adalah indikator ini juga bisa digunakan untuk mencari tahu kapan kiranya sebuah trend terbentuk, sekalian menunggangi trend tersebut lebih awal dan mendapatkan keuntungan lebih banyak lagi!
Menentukan Stop Loss Dan Target Dengan Level Pivot
Bila Anda cenderung agresif dan trading dengan cara breakout, mungkin hal yang agak sulit adalah menentukan level Stop Loss atau resiko. Pada cara trading dengan level Pivot yang konservatif (cara bouncing), resiko biasanya ditentukan beberapa pip di atas atau di bawah level pivot sebelumnya. Namun bila Anda menggunakan cara breakout, maka penentuan level Stop Loss yang seperti ini akan boros pip, atau dengan kata lain mengandung risiko terlalu besar.
Pada contoh di atas, jika Anda entry buy di sekitar area breakout A, maka Stop Loss bisa ditentukan pada level terendah bar sebelumnya atau di garis B. Bilamana Anda terbiasa dengan pengamatan formasi candlestick atau setup Price Action, Anda bisa menentukan Stop Loss berdasarkan formasi bar yang terbentuk. Untuk belajar tentang candlestick klik link berikut.
Trader yang agresif selalu menentukan resiko seminimal mungkin guna memperoleh Risk/Reward Ratio yang memadai. Untuk menentukan level target, Anda bisa menggunakan cara yang sama dengan cara bouncing, yaitu pada level Pivot berikutnya. Anda bisa menentukan target pada 2 atau 3 level Pivot di atas level entry untuk memperoleh Risk/Reward yang besar; tetapi jarang sekali pergerakan pasar yang melewati hingga 3 level Pivot sekaligus, kecuali pada kondisi pasar yang ekstrim. Pada umumnya, pergerakan harga akan berhenti pada satu level Pivot sebelum melanjutkan ke level berikutnya. Jika sentimen pasar berubah, maka pergerakan harga akan segera berbalik arah. Jika masih bingung bagaimana cara menentukan stoploss dan take profit bisa mempelajarinya disini.
Pivot Point Sebagai Indikator Sentimen Pasar
Sentimen pasar dalam hal ini adalah kecenderungan pergerakan harga untuk bullish atau bearish. Yang umum digunakan sebagai patokan adalah harga pembukaan (opening price) pada sesi perdagangan hari itu dan Pivot Point yang dihitung berdasarkan batas-batas harga pada hari sebelumnya. Misalnya, jika pada sesi Asia, harga dibuka di atas Pivot Point, maka pada sesi tersebut sentimen pasar akan cenderung bullish. Namun, situasi bisa berubah pada sesi berikutnya (sesi Eropa) tergantung posisi pergerakan harga saat itu terhadap Pivot Point. Demikian pula pada sesi New York yang terjadi setelahnya.
Traders, Itu dia penjelasan mengenai level pivot dan bagaimana menggunakannya pada saat trading. Secara garis besar, level pivot adalah support & resistance, namun karena sifatnya yang objektif, membuat pivot points lebih banyak dipilih oleh para trader untuk dijadikan acuan menentukan level support & resistance.