MRFN-596_top_2 1.png

Moving Average adalah salah satu indikator teknikal yang sering digunakan untuk mengidentifikasi arah trend dan paling umum digunakan. Penggunaan indikator Moving Average adalah salah satu cara untuk memperhalus fluktiasi harga dan membantu membedakan antara “noise” yang biasa terjadi di pasar dengan trend reversal sebenarnya.

Definisi moving average sendiri adalah pergerakan rata-rata dari sejumlah angka tetap di dalam periode tertentu. Penerapannya untuk mengestimasi sebuah pergerakan trend berjalan dimana harus menentukan durasi yang diinginkan sesuai dengan harapan transaksi yang diinginkan.

Moving average adalah indikator yang dapat disesuaikan sepenuhnya, yang berarti bahwa trader dapat dengan bebas memilih kerangka waktu apa pun yang mereka inginkan saat menghitung rata-rata. Periode waktu yang paling umum digunakan dalam rata-rata bergerak adalah 15, 20, 30, 50, 100, dan 200 hari. Semakin pendek rentang waktu yang digunakan untuk membuat rata-rata, semakin sensitif terhadap perubahan harga. Semakin lama rentang waktu, rata-rata akan semakin kurang sensitif

Ada dua jenis moving average yang paling banyak digunakan, yaitu:

1. Simple Moving Average (SMA)

Simple moving average (SMA) adalah salah satu indikator moving average yang paling sederhana dan banyak digunakan oleh trader di dalam trading. Simple moving average dihasilkan melalui perhitungan harga rata-rata yang bergerak dalam suatu periode tertentu. Kebanyakan moving average didasarkan pada harga penutupan. Misalnya, simple moving average 5 hari adalah jumlah harga penutupan lima hari dibagi lima. Sesuai dengan namanya, moving average adalah rata-rata yang bergerak. Data lama dihilangkan saat data baru tersedia, menyebabkan rata-rata bergerak sepanjang skala waktu. Contoh di bawah ini menunjukkan rata-rata pergerakan 5 hari yang berkembang selama tiga hari.

Harga Penutupan Harian: 11,12,13,14,15,16,17

Hari pertama SMA 5 hari: (11 + 12 + 13 + 14 + 15) / 5 = 13

Hari kedua SMA 5 hari: (12 + 13 + 14 + 15 + 16) / 5 = 14

Hari ketiga SMA 5 hari: (13 + 14 + 15 + 16 + 17) / 5 = 15

Hari pertama rata-rata bergerak hanya mencakup lima hari terakhir. Hari kedua rata-rata bergerak menurunkan titik data pertama (11) dan menambahkan titik data baru (16). Hari ketiga rata-rata bergerak berlanjut dengan menghilangkan titik data pertama (12) dan menambahkan titik data baru (17). Dalam contoh di atas, harga naik secara bertahap dari 11 menjadi 17 selama total tujuh hari. Perhatikan bahwa rata-rata bergerak juga naik dari 13 menjadi 15 selama periode kalkulasi tiga hari. Juga, perhatikan bahwa setiap nilai rata-rata bergerak tepat di bawah harga terakhir. Misalnya, rata-rata bergerak untuk hari pertama sama dengan 13 dan harga terakhir adalah 15. Harga empat hari sebelumnya lebih rendah dan ini menyebabkan rata-rata bergerak tertinggal.

Periode yang paling sering digunakan banyak trader dalam penggunaan Simple Moving Average (SMA) adalah periode SMA 50 dan SMA 200. Dimana kedua indikator tersebut bisa diterapkan sebagai acuan untuk entry karena dianggap bisa membantu mengurangi “noise” di dalam pergerakan pasar. Adapun untuk SMA 50 bisa dikatakan lebih responsif dibandingkan SMA 200, bisa diperhatikan lewat gambar berikut:

MA1.png

2. Exponential Moving Average (EMA)

Rata-rata bergerak eksponensial adalah jenis rata-rata bergerak yang memberi bobot lebih pada harga terkini dalam upaya membuatnya lebih responsif terhadap informasi baru. Untuk menghitung EMA, Anda harus terlebih dahulu menghitung rata-rata bergerak sederhana (SMA) selama periode waktu tertentu. Selanjutnya, Anda harus menghitung pengali untuk pembobotan EMA (disebut sebagai "faktor pemulusan"), yang biasanya mengikuti rumus: [2 / (jangka waktu yang dipilih + 1)]. Jadi, untuk rata-rata bergerak 20 hari, pengali adalah [2 / (20 + 1)] = 0,0952. Kemudian Anda menggunakan faktor penghalusan yang dikombinasikan dengan EMA sebelumnya untuk sampai pada nilai saat ini. Dengan demikian, EMA memberikan bobot yang lebih tinggi pada harga terkini, sedangkan SMA memberikan bobot yang sama untuk semua nilai.

Rumus untuk EMA menggabungkan nilai EMA periode sebelumnya, yang kemudian menggabungkan nilai untuk nilai EMA sebelumnya, dan seterusnya. Setiap nilai EMA sebelumnya menyumbang sebagian kecil dari nilai saat ini. Karenanya, nilai EMA saat ini akan berubah bergantung pada berapa banyak data sebelumnya yang Anda gunakan dalam penghitungan EMA. Idealnya, untuk EMA yang 100% akurat, harus menggunakan setiap poin data yang pernah dimiliki dalam menghitung EMA, dimulai dari hari pertama perhitungan. Ini tidak selalu praktis, tetapi semakin banyak poin data yang digunakan, semakin akurat EMA. Tujuannya untuk memaksimalkan akurasi sekaligus meminimalkan waktu kalkulasi.

Berikut adalah contoh perbedaan antara SMA dengan EMA

MA2.png

Terlihat pada gambar di atas, bagaimana garis EMA (hijau) bergerak lebih responsif dibandingkan garis SMA (merah). Dari gambar di tas juga tampak EMA lebih cepat merespon pergerakan harga ketika naik ataupun turun dibandingkan SMA.

1617781232-272dbbbc3cccf98c3f870dbda53bf7bc.png

Indikator Moving average banyak digunakan oleh para trader karena memiliki keunggulan dibandingkan indikator jenis trend yang lain, antara lain:

1. Sebagai Identifikasi Arah Trend

Indikator moving average dapat menyaring pegerakan harga yang acak,kemudian menggambarkannya menjadi sebuah trend yang lebih halus dan lebih jelas berdasarkan periode yang digunakan, dibandingkan jika hanya melihat trend dengan menggunakan candlestick saja. Dengan moving average, kita bisa mengetahui trend yang sedang dominan terjadi saat itu. Jika indikator moving averagae berada di atas pergerakan harga, maka dapat diartikan bahwa sedang terjadi trend turun . Sebaliknya, jika moving average berada di bawah pergerakan harga menandakan trend sedang naik. Selanjutnya, jika moving average berhasil ditembus maka mengidentifikasi perubahan arah trend.

MA3.png

Pada gambar di atas terlihat bahwa garis MA berada di bawah candlestick, yang dapat diartikan bahwa sedang terjadi pergerakan trend naik (bullish trend).

2. Dapat Menggambarkan Support Dan Resistance

Indikator moving average dapat digunakan sebagai acuan level psikologis untuk menentukan support dan resistance. Bila harga mendekati level moving average, seringkali harga akan memantul kembali sehingga terlihat moving average seperti sebuah benteng dari pergerakan harga.

Untuk lebih jelasnya bisa perhatikan gambar berikut:

MA4.png

Pada gambar di atas terlihat SMA 200 dan SMA 50 dapat berfungsi sebagai support, dimana harga tidak kuat menembus level support SMA tersebut, lalu memantul kembali ke atas. Support atau Resistance menggunakan moving average, biasanya cukup akurat sebagai benteng tahanan yang susah untuk ditembus, apalagi dengan periode yang besar, seperti SMA 50 dan SMA 200.

1617781232-272dbbbc3cccf98c3f870dbda53bf7bc.png

Cara Open Posisi menggunakan Moving Average

Selain dapat digunakan sebagai indikator trend, moving average juga bisa digunakan sebagai acuan untuk pengambilan open posisi. Beberapa cara yang bisa digunakan bisa sebagai berikut:

1. Open Posisi Saat Terjadi Crossover

Cara trading dengan menggunakan crossover atau persilangan garis moving average cukup sering digunakan oleh para trader sebagai acuan untuk melakukan open posisi. Dimana yang perlu diperhatikan adalah ketika moving average kecil memotong moving average besar, disitulah bisa dijadikan acuan untuk open posisi.

Jika moving average kecil memotong ke atas moving average besar, maka bisa dijadikan acuan untuk open posisi buy/beli. Hal tersebut juga bisa berarti menjadi sinyal untuk uptrend Sebaliknya, jika moving average kecil memotong ke bawah moving average besar, bisa dijadikan acuan untuk open posisi sell/jual. Dan hal tersebut tentunya bisa menjadi sinyal untuk downtrend.

1618299965-b693b2b62d1c9aa5ad3f93c8c69b3454.png

2. Open Posisi Saat Terbentuk Sinyal Price Action

Untuk open posisi teknik ini, biasanya cukup menggunakan satu indikator moving average saja. Dimana dalam hal ini, moving average bisa digunakan sebagai support atau resistance dinamis. Apabila harga bergerak memotong moving average dari atas ke bawah, maka moving average tersebut akan berfungsi sebagai support. Jika harga nanti ditutup memantul dari garis moving average, maka ini merupakan pertanda bahwa harga akan kembali melanjutkan bullish trend-nya.

Demikian juga sebaliknya, apabila harga bergerak memotong MA dari bawah ke atas, maka MA tersebut berfungsi sebagai Resistance. Apabila kemudian harga ditutup memantul dari garis MA, maka akan menjadi pertanda bahwa harga akan kembali ke bearish trend-nya. Untuk mengkonfirmasi sinyal pullback harga dari MA sebagai Support Resistance dinamis, kita bisa menggunakan sinyal Price Action. Sebagai contoh, perhatikan gambar berikut ini

MA5.png
1617781232-272dbbbc3cccf98c3f870dbda53bf7bc.png

Kesimpulan

Pada dasarnya ada banyak dasar analisa teknikal yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk trading. Open posisi dengan menggunakan moving average adalah salah satu dari sekian banyak metode analisa teknikal dalam trading. Banyak trader yang menggunakan indikator moving average dengan cara yang berbeda. Semua tergantung dari cara mengintepretasikan dan memanfaatkan informasi yang diperoleh dari setiap indikator.

Apapun cara trading yang digunakan dengan menggunakan indikator moving average, harap diingat selalu adalah bahwa open posisi dengan indikator moving average hanyalah sebagai sarana identifikasi semata dan jangan dijadikan patokan pasti, apalagi dianggap sebagai holy grail di dalam trading.

Ingat... indikator hanyalah alat bantu identifikasi, bukan penentu pergerakan pasar.