Fokus Minggu Ini, 14 - 18 Agustus

14/08/2023, 12:50

Notulen rapat Federal Reserve pada hari Rabu akan sangat diawasi karena investor mencari panduan mengenai perkembangan jalur suku bunga jangka pendek. Data penjualan ritel dan pendapatan ritel akan memberikan wawasan tentang kesehatan belanja konsumen sementara data dari China diperkirakan akan menggarisbawahi kekhawatiran atas pemulihan yang goyah di negara dengan perekonomian nomor dua di dunia tersebut. Inilah yang perlu Anda ketahui untuk memulai minggu Anda.

1. Notulen the Fed

Sebelum pasar mulai mengalihkan perhatiannya kepada pertemuan tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming pada akhir bulan ini, investor akan fokus pada notulen hari Rabu dari rapat kebijakan bank sentral pada bulan Juli.

The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan lalu dan membuka peluang untuk kenaikan lain di bulan September. Notulen tersebut akan membantu investor mengukur minat untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut, meski pasar berekspektasi atas jeda di bulan September.

Data minggu lalu menunjukkan bahwa meskipun konsumen AS dan harga produsen meningkat moderat di bulan Juli, tren keseluruhan indikasi bahwa tekanan inflasi berkurang.

Bank sentral AS telah menaikkan suku bunga sebesar 5,25 poin persentase sejak Maret 2022 untuk menurunkan inflasi kembali ke target 2%.

2. Data ekonomi AS

AS akan merilis data retail sales bulan Juli pada hari Selasa yang diperkirakan akan menunjukkan peningkatan permintaan pada awal kuartal ketiga setelah peningkatan yang lebih kecil di bulan Juni.

Data lain diharapkan akan menunjukkan bahwa sektor manufaktur masih kesulitan - Indeks manufaktur Empire State diperkirakan akan jatuh ke wilayah negatif, sementara Indeks manufaktur Philly Fed diprediksi akan tetap berada di wilayah negatif.

Data sektor perumahan diekspektasi akan lebih positif dengan laporan di building permits dan housing starts pada hari Rabu. Data ini diperkirakan akan menunjukkan tanda-tanda stabilisasi.

AS juga akan merilis laporan mingguan initial jobless claims pada hari Kamis yang diharap akan turun setelah kenaikan yang lebih besar tercatat minggu lalu.

3. Pendapatan ritel

Musim laporan keuangan kuartal kedua berakhir dengan hasil S&P 500 yang memberikan gambaran yang beragam - perusahaan-perusahaan mengalahkan ekspektasi laba analis di tingkat tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir meskipun revenue turun ke titik terendah awal tahun 2020.

Perusahaan ritel terbesar di AS akan melaporkan hasil kinerjanya minggu ini, yang akan memberi investor wawasan penting tentang kesehatan belanja konsumen, pendorong utama ekonomi AS.

Home Depot akan melaporkan sebelum pembukaan pasar pada hari Selasa, Target akan memberikan hasil sebelum pasar dibuka Rabu, diikuti sehari kemudian oleh Walmart. Peritel besar lainnya seperti Macy's, Nordstrom, Kohl's, dan Lowe's akan memberikan laporannya dalam beberapa minggu mendatang.

Investor akan berfokus pada apa yang dikatakan oleh perusahaan ritel tersebut soal bagaimana inflasi memengaruhi margin karena harga yang lebih tinggi mengikis daya beli rumah tangga.

4. Data Ekonomi China

Pemulihan ekonomi China pasca-COVID telah goyah dalam beberapa bulan terakhir setelah kuartal pertama yang kuat, terbebani oleh permintaan yang lemah di dalam dan luar negeri.

Beijing akan mengumumkan data retail sales, industrial production dan fixed asset investment pada hari Selasa, yang diperkirakan hanya akan isyarat sedikit peningkatan.

Data minggu lalu menunjukkan harga konsumen China catat penurunan tahunannya selama lebih dari dua tahun di bulan Juli, menambah tekanan bagi pengambil kebijakan melakukan lebih banyak hal untuk menopang perekonomian.

Pihak berwenang telah berjanji untuk meluncurkan langkah-langkah untuk mendukung perekonomian, meskipun rinciannya masih sedikit, sehingga mengecewakan para investor.

5. Naiknya harga minyak

Harga minyak naik pada hari Jumat setelah International Energy Agency (IEA) memperkirakan rekor permintaan global dan pengetatan pasokan. Ini mendorong harga naik selama tujuh minggu berturut-turut, penguatan beruntun terpanjang sejak 2022.

Permintaan mencapai tingkat tertinggi sepanjang masa sebanyak 103 juta barel per hari pada bulan Juni dan bisa naik ke puncak baru bulan ini, demikian prediksi IEA.

Sementara itu, pengurangan produksi dari Arab Saudi dan Rusia berpeluang membuat terjadi penurunan tajam persediaan selama sisa tahun 2023, yang menurut IEA dapat mendorong harga minyak lebih tinggi.

Pemangkasan pasokan dan prospek ekonomi yang membaik telah menciptakan lebih banyak optimisme di kalangan para investor minyak, analis OANDA Craig Erlam mengatakan kepada Reuters. Namun, ia mencatat tanda-tanda momentum mulai menipis setelah rally yang berkelanjutan.

--Reuters berkontribusi pada laporan ini

Promosi